2. Ayat Al-Qur’an tentang ikhlas
a. Teks Q.S. an-Nisa/4: 146
1) Teks dengan tanda baca
إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَاعْتَصَمُوا بِاللَّهِ وَأَخْلَصُوا دِينَهُمْ لِلَّهِ
فَأَوْلَئِكَ مَعَ الْمُؤْمِنِينَ وَسَوْفَ يُؤْتِ اللَّهُ الْمُؤْمِنِينَ أَجْراً عَظِيمًا
2) teks tanpa tanda baca
الذين ينفقون في السراء والضراء والكاظمين الغيظ والعافين عن الناس والله يحب المحسنين
3) Teks Hadits tentang pemaaf
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوِ إِلَّا عِزَّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ
b. Arti Q.S. Ali Imran/3: 134
1) Arti perkata
2) Arti Keseluruhan
“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”.
3) Arti hadits
Dari Abu Hurairah RA, dari Rasulullah SAW, beliau bersabda, “Sedekah itu tidak akan mengurangi harta. Tidak ada orang yang memberi maaf kepada orang lain, melainkan Allah akan menambah kemuliannya. Dan tidak ada orang yang merendahkan diri karena Allah, melainkan Allah akan mengangkat derajatnya.” (HR. Muslim)
C. Intisari Q.S. Ali Imran/3: 134
Ayat ini langsung menjelaskan sifat-sifat orang yang bertakwa yaitu: Pertama: Orang yang selalu menafkahkan hartanya baik dalam keadaan berkecukupan maupun dalam keadaan kesempitan (miskin). Dalam keadaan berkecukupan dan dalam keadaan sempit ia tetap memberi nafkah sesuai dengan kesanggupannya. Bernafkah itu tidak diharuskan dalam jumlah yang tertentu sehingga ada kesempatan bagi si miskin untuk memberi nafkah. Bersedekah itu boleh saja dengan barang atau uang yang sedikit nilainya. Karena itulah kesanggupan yang baru dapat diberikan dan tetap akan memperoleh pahala dari Allah Swt.
Sifat kikir yang tertanam dalam hati manusia hendaklah diberantas dengan segala macam cara dan usaha, karena sifat ini adalah musuh masyarakat nomor satu. Tak ada satu umatpun yang dapat maju dan hidup berbahagia kalau sifat kikir ini merajalela pada umat itu. Sifat kikir bertentangan dengan peri kemanusiaan. Oleh sebab itu Allah Swt. memerintahkan bernafkah dan menjelaskan bahwa harta yang ditunaikan zakatnya dan didermakan sebagiannya tidak akan berkurang bahkan akan bertambah.
Imam Ghazali menjelaskan bahwa untuk memerangi suatu sifat yang buruk haruslah dengan membiasakan diri melawan sifat itu. Jadi kalau orang akan memberantas sifat kikir dalam
dirinya hendaklah dia membiasakan berderma dan memberi pertolongan kepada orang lain. Dengan membiasakan diri itu akan hilanglah sifat kikirnya itu dengan berangsur-angsur .
in hilanglah sing-orang yang menahan amarahnya. Biasanya orang yang memperturutkan rasa amarahnya tidak dapat mengendalikan akal pikirannya dan ia akan melakukan jahat sehingga apabila sadar tinda menyesali tindakan yang dilakukannya itu dan dia akan merasa heran mengapa ia bertindak sejauh itu. Oleh karena itu bila seseorang dalam keadaan marah hendaklah ia berusaha sekuat tenaganya menahan rasa amarahnya itu lebih dahulu. Apabila ia telah menguasai dirinya kembali dan amarahnya sudah mulai reda, barulah ia melakukan tindakan yang adil sebagai balasan atas perlakuan orang terhadap dirinya.
Ketiga: Orang yang memaafkan kesalahan orang lain. Memaafkan kesalahan orang lain sedang kita sanggup membalasnya dengan yang setimpal adalah suatu sifat yang baik yang harus dimiliki oleh setiap muslim yang bertakwa. Mungkin hal ini sulit dipraktekkan karena sudah menjadi kebiasaan bagi manusia membalas kejahatan dengan kejahatan tetapi bagi manusia yang sudah tinggi akhlak dan kuat imannya serta telah dipenuhi jiwa, dengan takwa, maka memaafkan kesalahan itu mudah saja baginya. Mungkin membalas kejahatan dengan kejahatan masih dalam rangka keadilan tetapi harus disadari bahwa membalas kejahatan dengan kejahatan pula tidak dapat membasmi atau melenyapkan kejahatan itu. Mungkin dengan adanya balas membalas itu kejahatan akan meluas dan berkembang.
Tetapi bila kejahatan itu dibalas dengan maaf dan sesudah itu diiringi dengan perbuatan yang baik, maka yang melakukan kejahatan itu akan sadar, bahwa dia telah melakukan perbuatan yang sangat buruk dan tidak adil terhadap orang bersih hatinya dan suka berbuat baik. Dengan demikian dia tidak akan melakukannya lagi dan tertutuplah pintu kejahatan itu.
Keempat: Orang-orang yang berbuat baik. Berbuat baik termasuk sifat orang yang bertakwa maka di samping memaafkan kesalahan orang lain hendaklah memaafkan itu
diiringi dengan berbuat baik kepada orang yang melakukan disalahan. Diriwayatkan oleh Al Baihaqi, ada seorang jariah (budak wanita) kepunyaan Ali bin Husein menolong tuannya menuangkan air dari kendi untuk mengambil wudu’. Kemudian kendi itu jatuh dari tangannya dan pecah berserakan. lalu Ali bin Husen menentang mukanya seakan-akan dia marah. Ali bin Husen menjawab: “Pergilah kamu aku telah memerdekakanmu” demi untuk mencapai keridhaan Allah Swt. Demikianlah tindakan salah seorang cucu Nabi Muhammad saw. terhadap kesalahan seorang budaknya karena memang dia seorang yang mukmin yang bertakwa, tidak saja dia memaafkan kesalahan budaknya bahkan diiringinya pemaafan itu dengan berbuat baik kepadanya dengan memerdekakannya.
d. Keterkaitan antara Q.S. Ali Imran/3: 134 dalam kehidupan sehari-hari
Ada hal terpenting yang perlu kita tahu, sedekah itu tidak akan mengurangi harta. Tidak ada orang yang memberi maaf kepada orang lain, melainkan Allah Swt. akan menambahkan kemuliaannya. Dan tidak ada orang yang merendahkan diri karena Allah Swt. akan mengangkat derajatnya.
Allah Swt. menjanjikan manfaat apabila kita memaafkan, di antaranya adalah menjadikan diri kita dekat dengan Allah Swt., hati menjadi tenang tidak diliputi dendam, mempererat jalinan silaturahmi dengan sesama dan selalu ceria dan bersemangat dalam kehidupan. Jadi jangan pernah malu untuk meminta maaf dan memaafkan.