1) Teks Hadits dengan Tanda Baca
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ عِيسَى، حَدَّثَنَا أَبُو مَعْشَرٍ، عَنْ أَبِي وَهْبٍ مَوْلَى أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِخَيْرِ الْبَرِيَّةِ؟ قَالُوا: بَلَى يَا رَسُولَ اللهِ. قَالَ: رَجُلٌ أَخَذَ بِعِنَانِ فَرَسِهِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، كَلَّمَاكَانَتْ هَيْعَةُ اسْتَوَى عَلَيْهِ، أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِخَيْرِ الْبَرِيَّةِ؟ قَالُوا : بَلَى يَا رَسُولَ اللهِ. قَالَ: رَجُلٌ فِي ثُلَّة مِنْ غَنَمِهِ، يُقِيمُ الصَّلَاةَ وَيُؤْتِي الزَّكَاةَ. أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِشَرِّ الْبَرِيَّةِ؟ . قَالُوا: بَلَى قَالَ: الَّذِي يَسْأَلُ بِاللَّهِ، وَلَا يُعْطِيْ بِهِ
2) Teks Hadits Tanpa Tanda Baca
قال الإمام أحمد : حدثنا إسحاق بن عيسى، حدثنا أبو معشر، عن أبي وهب مولى أبي هريرة عن أبي هريرة قال: قال رسول الله صلّى الله عليه وسلّم: ألا أخبركم بخير البرية؟ قالوا: بلى يا رسول الله. قال: رجل أخذ بعنان فرسه في سبيل الله، كلما كانت هيعة استوى عليه. ألا أخبركم بخير البرية؟ قالوا: بلى يا رسول الله. قال: رجل في ثلة من غنمه، يقيم الصلاة ويؤتي الزكاة. ألا أخبركم بشر البرّيّة؟ . قالوا: بلى. قال: الذي يسأل بالله، ولا يعطي به
3) Arti Hadits Keihlasan dalam beribadah
a) Arti Perkata
tabel………………
b) Arti Keseluruhan
mam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq Ibnu Isa, telah menceritakan kepada kami Abu Ma’syar, dari Abu Wahb Maula Abu Hurairah, dari Abu Hurairah ra. yang mengatakan bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda: “Maukah aku beri tahukan kepadamu tentang sebaik-baik makhluk?” Mereka menjawab, “Tentu saja mau, wahai Rasulullah saw.” Rasulullah saw. bersabda, “Seorang laki-laki yang memegang kendali kudanya di jalan Allah Swt., manakala terjadi serangan musuh, maka dia menunggangi kudanya (dan memacunya menghadapi musuh).” “Maukah aku beri tahukan kepadamu tentang sebaik-baik makhluk?” Mereka menjawab, “Tentu saja mau, wahai Rasulullah.” Rasulullah saw. bersabda, “Seorang lelaki yang berada di kumpulan ternak kambingnya mendirikan shalat dan menunaikan zakat.” Maukah aku ceritakan kepadamu tentang seburuk-buruk makhluk?” Mereka menjawab, “Tentu mau.” Rasulullah saw. menjawab, “Orang yang meminta kepada Allah Swt. dan Allah Swt. tidak memberinya.”
4) Makna Hadits Terkait dengan Keikhlasan dalam Ibadah a) Intisari Hadits
Hadits di atas, memberikan inspirasi kepada kamu sekalian bahwa sebaik-baik makhluk yaitu seorang yang memegang kendali kudanya di jalan Allah Swt., manakala terjadi serangan
musuh, maka dia menunggangi kudanya (dan memacunya menghadapi musuhi artinya sebagai hamba yang taat senantiasa mentaati segala perintah Nya dan istiqamah dalarn kondisi apapun dan seorang lelaki yang berada ili kumpulan ternak kambingnya mendirikan shalat dan menunaikan zakat Artinya, dalam usaha atau pekerjaan dan sesibuk apapun melaksanaan perintah-Nya dengan penuh keikhlasan semata- mata karena Allah Swt. Sedangkan seburuk-buruk makhluk talah orang yang meminta kepada Allah Swt dan Allah Swt tidak memberinya. Artinya, kita diperintahkan untuk berusaha atau bekerja atas dasar keikhlasan.
b) Keterkaitan Hadits dengan Kehidupan Sehari-hari
Dalam hidup ini, apapun profesinya seperti pendidik, pejabat, mahasiswa, pelajar, pedagang, petani, tukang becak, polisi, tentara, dan masih banyak profesi lainnya. Semua profesi ini tujuannya untuk ketaatan kepada Allah Swt. dan didasari keikhlasan karena-Nya. Kesibukan profesi dan rizki yang diperoleh melaluinya harus dimanfaatkan untuk ingat kepada-Nya sebagai wujud ketaatan hambanya. seperti shalat dan mengeluarkan zakat, dan larangan berpangku tangan dan meminta-minta. Karena seburuk buruk manusia adalah yang meminta-minta dalam Islam.
Ada beberapa cara untuk menampilkan sikap ikhlas beribadah dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:
1. Buruk sangka terhadap diri sendiri dan tidak berbangga dengan keberhasilan. Allah Swt. berfirman: “Dan orang- orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka. Maksudnya, karena tahu bahwa mereka akan kembali kepada Tuhan untuk dihisob, maka mereka khawatir kalau-kalau pemberian-pemberian (sedekah- sedekah) yang mereka berikan dan amal ibadah yang mereka kerjakan itu tidak diterima Allah Swt.
2. Tidak adanya perubahan sikap ketika dipuji maupun dicela atas amal yang telah ia lakukan, karena ia memang hanya mengharapkan ridha Allah semata, dan karenanya tidak pernah mengharapkan pujian seseorang atau takut akan celaannya. Seorang yang diberi taufik oleh Allah ta ala tidaklah terpengaruh oleh pujian manusia apabila mereka memujinya atas kebaikan yang telah dilakukannya. Apabila dia mengerjakan ketaatan, maka pujian yang dilontarkanı oleh manusia hanya akan menambah ketawadhu’an dan rasa takut kepada Allah. Dia yakin bahwa pujian manusia kepada dirinya merupakan fitnah baginya, sehingga dia pun berdo’a kepada Allah Swt. agar menyelamatkan dirinya dari fitnah tersebut. Dia tahu bahwa hanya Allah semata, yang pujian-Nya bermanfaat dan celaan-Nya semata yang mampu memudharatkan hamba.
3. Lebih senang untuk menyembunyikan amal baiknya, karena takut riya. Namun tidak kemudian karena takut riya lalu justru meninggalkan suatu amalan kebaikan. Sebab barangsiapa berbuat demikian maka ia secara tidak sadar sebenarnya tidak ikhlas juga. Amal yang tersembunyi dengan syarat memang amal tersebut patut disembunyikan, lebih layak diterima di sisi-Nya dan hal tersebut merupakan indikasi kuat bahwa amal tersebut dikerjakan dengan ikhlas.
4. Melihat amal orang shalih yang berada di atas kita. Janganlah Anda memperhatikan amalan orang yang sezaman denganmu, yaitu orang berada di bawahmu dalam hal berbuat kebaikan. Perhatikan dan jadikanlah para nabi dan orang saleh terdahulu sebagai panutan Anda.
5. Menganggap minimnya amal yang dimiliki. Penyakit yang sering melanda hamba adalah ridha (puas) dengan dirinya. Setiap orang yang memandang dirinya sendiri dengan pandangan ridha, maka hal itu akan membinasakannya. Setiap orang yang ujub akan amal yang telah dikerjakannya, maka keikhlasan sangat sedikit menyertai amalannya, atau bahkan tidak ada sama sekali keikhlasan dalam amalnya, dan bisa jadi amal saleh yang telah dikerjakan tidak bernilai.