a. Teks Hadits tentang Rendah Hati
1) Teks Hadits dengan Tanda Baca
عَنْ عِبَاضِ بْنِ حِمَارٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: إِنَّ اللَّهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ
تَوَضَّعُوْا حَتَّى لَا يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ، وَلَا يَبْغِي أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ. (رواه مسلم)
2) Teks Hadits tanpa tanda baca
عن عياض بن حمار قال: قال رسول الله صلى الله عليه و سلم: إنّ الله أوحى إلي أن
توضعوا حتى لا يفخر أحد على أحد، ولا يبغي أحد على أحد. (رواه مسلم)
(1) Mengenal Allah SWT
Setiap manusia akan bersikap tawadhu’ seukuran dengan pengenalannya terhadap Rabbnya. Orang yang mengenal Allah dengan sebenar-benarnya akan menyadan bahwa Allah Yang Maha Kuasa, Maha Kaya, dan Maha Perkasa yang tidak membutuhkan apapun dari makhluk Nya. Karena, bila mendapatkan kebaikan maka ia memuj Allah dan bersyukur kepada-Nya, sebab pada hakikatnya ia tidak mampu mendatangkan kebaikan kepada dirinya kecuali atas izin-Nya. Orang yang mengenal Allah akan mengakui bahwa dirinya kecil dan lemah, sehingga ia akan towadhu’ dan merasa tidak pantas untuk berlaku sombong
(2) Memikirkan tentang asal manusia
Seseorang apabila ia melihat asal-usulnya maka la akan merasa bahwa ia adalah makhluk yang paling hina. Cukuplah ia melihat asal diciptakannya manusia yaitu berasal dari sperma (air mani) yang hina yang selalu dibasuh jika terkena pakaian dan badan, kemudian manusia lahir ke dunia dalam keadaan tanpa daya dan tidak mengetahui apapun. Ibnu Hibban mengatakan, “Bagaimana mungkin seseorang tidak bersikap fawadhu padahal ia diciptakan dari setetes mani yang bau kemudian akan kembali menjadi bangkai yang bau busuk sedangkan ia di antara keduanya sedang membawa kotoran.”
(3) Mengenal aib (cacat/kekurangan) diri
Seseorang dapat terjebak kepada kesombongan bila ia tidak menyadari kekurangan dan aib yang ada pada dirinya. Boleh jadi seseorang mengira bahwa dirinya telah banyak melakukan kebaikan padahal ia justru telah melakukan kerusakan dan kezaliman. Oleh karena itu, setiap muslim harus selalu melakukan intropeksi diri sebelum melakukan, saat melakukan dan setelah melakukan sesuatu sebelum ia dihisab oleh Allah kelak. Hal itu juga agar ia menyadari kekurangan dan aib dirinya sejak dini, sehingga ia akan bersikap tawadhu’ dan tidak akan sombong terhadap orang lain.
b. teks Hadits Tentang Hidup Sederhana dan Hemat
1) Teks Hadits dengan Tanda Baca
عَنْ أَبِي اُمَامَةَ قَالَ: ذَكَرَ اَصْحَابُ رَسُوْلِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا عِنْدَهُ الدُّنْيَا فَقَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَلا تَسْمَعُوْنَ إِنَّ الْبَذَاذَةَ مِنَ الإِيْمَانِ إِنَّ لْبَذَاذَةَ مِنَ الْإِيْمَانِ يَعْنِي التَّفَخُلِ ( رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ )
2) Teks Hadits tanpa Tanda Baca
عن ابي امامة قال: ذكر اصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلّم يوما عنده الدنيا فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم الا تسمعون إن البذاذة من الإيمان إن البذاذة من الإيمان يعني التفخّل ( رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ )
3) Arti Hadits tentang Hidup Sederhana dan Hemat
(a) Arti Perkata
…………………….
(b) Arti Keseluruhan
Dari Abu Umamah ia berkata, pada suatu hari di sisinya, sahabat Rasulullah saw memperbincangkan tentang dunia, maka Rasulullah saw bersabda: “Tidakkah kalian mendengar? Sesungguhnya sederhana dalam berpakaian adalah bagian dari iman. Sesungguhnya sederhana dalam berpakaian adalah bagian dari iman. Maksudnya adalah berpakaian apa adanya dan pantas.” (H.R. Abu Dawud).
(4) Makna Hadits tentang Hemat dan Hidup Sederhana
(a) Intisari Hadits
Dalam hadits ini Rasulullah saw. menegaskan bahwa salah satu bentuk dimilikinya sifat hidup sederhana yaitu memakai pakaian yang sederhana. Arti dari sederhana di sini yaitu berpakaian apa adanya dan pantas. Karena sesungguhnya sederhana dalam berpakaian adalah bagian dari iman. Namun, bukan berarti kita harus berpakaian compang-camping atau kumuh dan tidak rapih. Karena agama Islam mengajarkan kepada umatnya kebersihan dan keindahan dalam merawat badan dan berpakaian.
Dalam berpakaian, Nabi Muhammad saw. selalu menekankan pada aspek kesederhanaan, tapi sederhana yang tetap memberi rasa nyaman bagi tubuh dan terlihat sopan bagi orang yang memandangnya. Kita sebagai umatnya alangkah baiknya meneladani perilaku dan sikap beliau. Karena pada dasarnya fungsi utama pakaian adalah untuk menutupi aurat, yaitu bagian tubuh yang tidak boleh dilihat oleh orang lain kecuali yang dihalalkan dalam agama.
Oleh sebab itu, jika kita tinggal di lingkungan sederhana, yang orang-orangnya berpakaian sederhana pula, alangkah baiknya kita juga memakai pakaian yang sederhana. Hal ini dilakukan supaya orang-orang yang ada di sekitarnya tidak merasa minder. Selain itu, kita juga akan mendapatkan pahala yang besar karena sikap tawadhu’nya.
(b) Keterkaitan Hadits dalam Kehidupan Sehari-hari
Anda telah membaca dan memahami dengan baik tentang hadits ini. Saat ini banyak hal yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana cara kita sebagai pelajar Muhammadiyah yang berkemajuan memiliki sifat hemat dan hidup sederhana? Pokok atau intisari kesederhanaan atau hemat adalah membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Pembedaan ini menjadi sangat penting dalam menumbuhkan hubungan yang selaras dan lebih sehat berkenaan dengan uang.
Dalam hal ini tidak ada satu rumus yang dapat memenuhi standar semua orang. Kesederhanaan terkait dengan kesadaran untuk berusaha membatasi hidup yang berfokus pada kebutuhan pokok. Sebagai pelajar Muhammadiyah yang cerdas dan baik, kebutuhan pokok kalian yaitu memiliki alat tulis yang lengkap seperti: buku, pulpen, pensil, penghapus dan lain-lain. Untuk hidup sederhana perlu disingkirkan pola hidup mewah. Agar kesederhanaan atau berhemat bisa terlaksana, diperlukan perubahan cara pandang dari dalam yang tulus.
Menurut Komarudin Hidayat, hidup sederhana tidak berarti miskin, pelit, dan menyiksa diri. Orang yang biasa hidup sederhana akan lebih jernih memandang dan membaca dunia sekitar karena melihatnya dengan hati yang lebih bening. Orang yang di dalam dirinya memiliki sifat hidup sederhana tentunya dia juga memiliki sifat hemat. Hemat juga bukan berarti serba sedikit, pelit dan hidupnya susah. Pada dasarnya prinsip hidup hemat yaitu tidak berlebihan dalam membelanjakan harta dan tidap pula kikir. Oleh karena itu, kita sebagai pelajar Muhammadiyah yang berkemajuan, hendaknya memiliki prinsip tersebut untuk bekal masa depan yang lebih baik lagi.