a. Nikmatnya Hemat dan Hidup Sederhana
Hemat adalah menggunakan (sesuatu) dengan cermat dan hati-hati (supaya jangan lekas habis/rusak). Sedangkan hidup sederhana yaitu sikap hidup yang sesuai dengan syariat Islam dan
tidak melampaui batas. Hemat maupun hidup sederhana bukan berarti serba sedikit, pelit dan hidupnya susah. Hemat dan hidup sederhana merupakan akhlak mulia yang juga diajarkan oleh Rasulullah saw. Hemat dan hidup sederhana membuat kehidupan kita menjadi lebih tenang dan tenteram. Jika kita mau berhemat dan hidup sederhana, perasaan kita tidak mudah terpengaruh oleh hal- hal serta keinginan-keinginan yang tidak penting. Itulah sebabnya mengapa Rasulullah saw. sangat mementingkan kedua sikap ini dalam kehidupan sehari-hari.
Pada dasarnya ada empat prinsip orang hidup sederhana yaitu tidak boros, tidak berlebih-lebihan, selalu bersyukur atas nikmat yang Allah berikan, dan tidak pamer serta sombong. Hidup sederhana itu dapat mendorong seseorang menjadi pribadi yang pandai bersyukur dan toleran, menghargai nikmat-nikmat Allah sekecil apapun. Karena masih banyak orang yang berada di bawahnya secara ekonomi. Dengan kesadararan itu, keimanannya akan bertambah.
b. Ayat Al-Qur’an tentang Hemat dan Hidup Sederhan
Al-Qur’an dapat dipelajari dengan cara membiasakan membaca tartil, mempelajari artinya, dan memahami kandungannya. Ayat berikut ini berisi pesan-pesan mulia terkait dengan hemat dan hidup sederhana.
1. Teks Q.S. al-Isra’/17: 26-27
a) Teks Q.S. al-Isra’/17: 26-27 dengan Tanda Baca
وَآتِ ذَالْقُرْبَى حَقَّهُ وَ الْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا (٢٦) إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُوْرًا (٢٧)
b) Teks Q.S. al-Isra’/17: 26-27 tanpa Tanda Baca
وأن ذالقربى حقه و المسكين وابن السبيل ولا تبذرتبذيرا (٢٦)
إن المبذرين كانوا إخوان الشياطين وكان الشيطان لربه كفورا (٢٧
2) Arti Q.S. al-Isra’/17:26-27
tabel……………….
b) Arti Keseluruhan Q.S. al-Isra’/17: 26-27
“Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.” (Q.S. al-Isra’/17: 26)
“Sesungguhnya orang-orang yang boros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhan-Nya.” (Q.5 al-Isra’/17:27)
3) Makna Q.S. al-Isra’/17: 26-27
a) Intisari Q.S. al-Isra’/17: 26-27
Ayat ini diturunkan Allah dalam rangka menjelaskan gaya hidup kaum Jahiliyah yang salah. Kaum Jahiliyah adalah bangsa Arab sebelum mendapatkan pencerahan cahaya Islam. Mereka suka sekali berfoya-foya. Mereka beranggapan bahwa derajat, kemasyhuran, dan kehormatan dapat dilihat dari kemampuannya dalam berfoya-foya dan menghambur- hamburkan hartanya untuk berpesta pora. Apabila dikaitkan dengan zaman sekarang, masih banyak manusia yang memiliki sifat yang dimiliki oleh masyarakat Jahiliyah. Maka dari itu, kita sebagai umat Rasullullah saw hendaknya mengelola harta dengan baik dan benar.
Dalam Q.S. al-Isra’/17: 26 menegaskan bahwa kita harus memiliki kemampuan untuk dapat mengelola harta yang dimiliki. Pengelolaan yang dimaksud adalah membelanjakan harta secara tepat di jalan Allah, memberikan bagian harta kepada yang berhak dan tidak menghambur-hamburkan harta secara boros. Di antara orang yang berhak menerima harta yaitu kerabat dekat, orang miskin, dan orang yang dalam perjalanan. Imam an-Nawawi menerangkan alasan berkaitan dengan larangan menghambur-hamburkan. Beliau berkata, “Sesungguhnya pemborosan harta akan menyebabkan orang meminta-minta apa yang dimiliki orang lain. Sedangkan pada
pemeliharaan harta terkandung kemaslahatan bagi dunianya. Adapun kestabilan maslahat duniawinya akan berpengaruh pada kemaslahatan agamanya. Sebab dengannya, seseorang dapat fokus dalam urusan-urusan akhiratnya.” Selanjutnya Allah Swt menjelaskan pada Q.S. al-Isra’/17:27
bahwa sesungguhnya orang-orang yang boros adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya. ‘Abdullah bin Mas’ud ra. telah mendefinisikan makna mubadzdzirîn adalah orang-orang yang melakukan pemborosan. Beliau menjelaskan, mubadzdzirîn ialah orang-orang yang membelanjakan (uang) pada perkara-perkara yang tidak dibenarkan. Maka, cukuplah untuk menjadi bahan perenungan, bahwa Allah membenci pemborosan. Dengan demikian, apabila manusia suka menghambur-hamburkan uang dan tidak membelanjakan harta di jalan Allah, ia termasuk saudara setan. Tempat paling layak untuk setan dan saudaranya kelak di akhirat adalah neraka. Sudah jelas bahwa tindakan semacam ini sangat dilarang oleh Allah Swt. Sebaliknya Allah menganjurkan kita untuk bisa hidup hemat, sederhana, dan peduli kepada orang lain dengan cara suka berderma. Dengan tindakan mulia seperti ini, harta yang kita miliki akan menjadi lebih bermakna bagi diri kita sendiri dan bermanfaat bagi orang lain di sekitar kita. Sungguh indah ajaran Islam. Oleh karena itu, mari kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kita dapat menerapkan pola hidup hemat mulai dari hal-hal yang sederhana dan mudah, seperti hemat dalam menggunakan air dan listrik. Tampaknya kedua hal ini sangat sepele, tetapi dampaknya sangat luar biasa. Boros listrik dapat mengakibatkan krisis energi, sedangkan boros air dapat mengakibatkan krisis air. Sungguh kehidupan kita menjadi sangat terganggu jika di negeri kita ini mengalami
krisis energi dan air. Kita dapat menghemat penggunaan listrik dengan cara menggunakan seperlunya dan pada saat tidak diperlukan. Kita dapat melakukan penghematan air dengan cara menggunakan air secukupnya dan hemat pada saat kita sedang wudlu, mandi, cuci tangan, mencuci pakaian, dan sebagainya.
Contoh lain untuk melatih hidup hemat adalah dengan rajin menabung mulai sekarang. Tentunya kita setiap hari selalu diberi uang jajan oleh kedua orang tua. Alangkah baiknya jika sebagian uang saku itu kita tabung, karena dengan menabung kita memiliki kemampuan untuk mengelola keuangan. Di samping itu, menabung dapat memenuhi kebutuhan- kebutuhan di masa mendatang. Dampak positif lainnya adalah berhemat sebagai antisipasi ketika kita membutuhkan biaya yang mendadak atau besar. Jika terjadi hal yang demikian, kita tidak perlu berhutang dan tidak dilanda rasa gelisah. Bukankah perilaku hemat dan hidup sederhana akan membantu dan meringankan kita di masa depan? Nah, jika sudah tahu tentang pentingnya hidup hemat dan sederhana, langkah terbaik kita adalah segera menerapkan perilaku tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
b) Keterkaitan Q.S. al-Isra’/17: 26-27 dalam Kehidupan Sehari-hari
Kamu telah membaca dan memahami dengan baik tentang ayat ini. Saat ini banyak hal yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, di antaranya adalah:
a) Membelanjakan harta secara tepat dijalan Allah Swt.
b) Memberikan sebagian harta kepada yang berhak, antara lain: kerabat dekat, orang miskin dan orang yang dalam perjalanan.
c) Senantiasa bersyukur kepada Allah Swt. atas semua nikmat yang diberikan kepada kita. Ingat, masih banyak saudara- saudara kita yang berada di bawah secara ekonomi.