Surah al-Hujurat merupakan salah satu Surah Madaniah. Surah ini terdiri dari 18 ayat dan berada pada urutan ke-49 dari 114 surah yang ada dalam Al-Qur’an.
Beberapa ayat dari surah al-Hujurat ini memiliki asbabun nuzul atau sebab turunnya Al-Qur’an dan salah satunya adalah ayat ke-13 ini.
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Abi Mulaikah yang berkata, “setelah pembebasan kota Mekkah, Bilal naik ke atas Ka’bah lalu mengumandangkan adzan. Melihat hal itu, sebagian orang lalu berkata, “bagaimana mungkin budak hitam ini justru mengumandangkan adzan di atas Ka’bah?” sebagian yang lain berkata (dengan nada mengejek), “Apakah Allah Swt. akan murka kalau bukan dia yang mengumandangkan adzan?” Kemudin murka Swt. menurunkan Q.S. al-Hujurat /49: 13 ini
Tahukah kalian siapa Bilal itu? Nama lengkapnya adalah Bilal bin Rabah. la adalah seorang budak yang berkulit hitam dari Habsyah (sekarang Ethiopia) yang masuk Islam ketika masih diperbudak. Bilal dikenal sebagai orang pertama yang mengumandangkan adzan. la dipilih secara langsung oleh Rasulullah saw. dengan pertimbangan karena suaranya yang lantang dan merdu.
Dari kisah tersebut kalian dapat mengambil pelajaran bahwa setelah Allah Swt. mensyariatkan adzan, maka Rasulullah saw. menunjuk Bilal bin Rabah. Beliau tidak memandang dari golongan apakah Bilal berasal dan tidak pula melihat warna kulitnya. Beliau hanya menilai dari keimanan dan kualitas suaranya yang baik. Inilah yang namanya toleransi. Nabi Muhammad saw. sudah mencontohkannya dengan begitu indah. Bahwa dalam Islam tidak memandang warna kulit ataupun kedudukan. Ketika beriman maka ia mempunyai hak yang sama di mata Allah Swt. dan Rasul-Nya.
Agar lebih dapat memahami apa itu toleransi, terlebih dahulu bacalah dengan seksama Q.S. al-Hujurat/49: 13 berikut ini!
a. Teks Q.S. al-hujurat/49:13 dengan tanda baca
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوباً وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
b. Teks Q.S. al-Hujurat/49: 13 tanpa Tanda Baca
يا أيها الناس إنا خلقناكم من ذكر وأنثى وجعلناكم شعوبا وقبائل لتعارفوا إن أكرمكم عند الله أتقاكم إن الله عليمخبير
c. Hukum Tajwid
Hukum bacaan yang akan kalian pelajari kali ini adalah hukum bacaan alif lam jalalah. Pernahkah kalian menjumpai lafadz Allah? Sebagai orang Islam, tentu kalian tidak asing dengan lafadz Allah )الله(. Hukum alif lam jalalah ini yang merupakan hukum tajwid yang berlaku untuk membaca lafadz Allah )الله( . Sering juga disebut lam jalalah atau al-jalalah.
Ciri-ciri alif lam jalalah, ditandai dengan tanda baca fathah di atas tanda tasydid pada huruf lam, simbol yang sama seperti hukum mad thobi’i. Kadar panjang bacaannya adalah 2 (dua) harakat. Namun apabila berhenti (waqaf) boleh dibaca 2 (dua), 4 (empat) atau 6 (enam) harakat.
Cara membaca alif lam jalalah terdiri dari dua macam, yaitu:
1) Tafkhim (dibaca tebal): apabila huruf sebelum lafadz Allah )الله( berharakat fathah atau dlammah.
Contoh: عِنْدَ اللَّهِ
2) Tarqiq (dibaca tipis): apabila huruf sebelum lafadz Allah )الله( berharakat kasrah. Contoh : أَمْرِ
tabel….
d. Arti Perkata Q.S. al-Hujurat/49:13
Untuk memudahkan dalam memahami isi dari Q.S. al- Hujurat/49: 13, mari pelajari terlebih dahulu arti kata (mufradat). Berikut adalah arti kata dari Q.S. al-Hujurat/49: 13.
tabel……..
e. Arti Keseluruhan Q.S. al-Hujurat/49: 13
“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.
f. Intisari Q.S. al-Hujurat/49: 13
Seperti yang telah kalian baca di atas, bahwa ayat ini diturunkan sebagai jawaban atas tindakan orang-orang dahulu yang memandang bahwa seorang budak dan memiliki paras yang tidak rupawan itu tidak memiliki kedudukan yang sama dibanding mereka yang mempunyai kekayaan dan derajat Sehingga ayat ini diturunkan oleh Allah Swt. untuk menegaskan persamaan kedudukan manusia di mata Allah Swt Dalam Q.S. al-Hujurat ayat 13. yang menjadi pembeda
bukanlah tingkat kekayaan, suku bangsa, ataupun warna kula belainkan tingkat ketakwaan yang diwujudkan dari baiknya hubungan manusia itu kepada Tuhannya dan kepada sesamanya. Coba kalian perhatikan pada arti bagian awal ayat ini! kalian akan menemukan bahwa manusia itu diciptakan Allah Swt. berasal dari seorang laki-laki yakni Nabi Adam as. dan seorang perempuan yakni Siti Hawa yang akhirnya sampailah kepada kita yang mana telah kita ketahui bersama manusia di dunia ini sudah menjadi bersuku-suku (ada suku dayak, suku bugis, suku aborigin dan lain sebagainya) dan berbangsa-bangsa (bangsa Arab, bangsa Barat, bangsa Timur dan lain-lain) tak lain adalah tujuannya hanya untuk saling mengenal bukan saling memusuhi. Karena sejatinya kalian itu bersaudara antara satu sama lain yakni berasal dari 2 orang yang sama, Nabi Adam as. dan istri beliau Siti Hawa.
Karena di mata Allah Swt. semua manusia itu sama derajatnya antara yang kaya maupun yang miskin, antara pejabat maupun bawahannya maka yang menjadi pembeda di mata Allah Swt. hanyalah keimanan dan ketakwaan manusia itu sendiri. Jika kita bertakwa kepada Allah Swt. maka derajat kita berada di atas dan balasannya adalah surga, namun jika kita tidak bertakwa kepada Allah Swt. maka derajat kita pun berada di bawah maka balasannya tak lain adalah neraka.
Secara ringkas isi Q.S al-Hujurat/49: 13 dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Setiap manusia memiliki kedudukan yang sama di sisi Allah Swt. kelebihannya hanya terletak pada ketakwaannya.
2) Manusia diciptakan oleh Allah Swt. dari seorang laki-laki dan perempuan yakni Nabi Adam as. dan Siti Hawa.
3) Allah Swt. menciptakan manusia menjadi berbangsa-bangsa dan bersuku-suku untuk saling mengenal bukan untuk saling bermusuhan.
4) Orang yang paling mulia di sisi Allah Swt. adalah orang yang paling bertakwa
g. Keterkaitan Q.S. al-Hujurat/49: 13 dalam Kehidupan Sehari-hari
Setelah kalian mempelajari tentang isi dari Q.S. al- Hujurat/49: 13 tentu telah dapat dipahami bahwa sebagai manusia yang diciptakan oleh Allah Swt. dari seorang laki-laki dan perempuan saja sehingga menjadi banyak dan menjadi berbangsa-bangsa dan bersuku-suku maka sikap yang harus selalu kalian miliki adalah sikap toleransi.
Sifat toleran tidak hanya berlaku dalam hubungan keseharian kalian. Sifat toleransi harus kalian terapkan dalam setiap perbedaan yang terjadi di antara kalian, termasuk dalam hal beragama. Toleransi dalam beragama harus kalian pegangi demi menjalin hubungan umat beragama yang harmonis, tanpa harus mengorbankan agama yang kita anut (Islam).
Bagaimana kalian menerapkan sikap toleransi yang benar sesuai dengan ajaran Islam? Berikut adalah hal-hal yang harus kalian lakukan dalam kehidupan sehari-hari agar pesan dari Q.S. al-Hujurat/49: 13 dapat kalian amalkan.
1) Menyadari bahwa kita semua bersaudara Dengan kesadaran dalam diri bahwa kita semua bersaudara maka selayaknya kita tidak berbuat semena-mena kepada sesama manusia. Kita harus saling tolong menolong, saling menghargai perbedaan pendapat, dan saling mengingatkan dalam kebaikan.
2) Toleransi dengan umat agama lain hanya sebatas duniawi
Kepada umat agama lain, Islam juga mengajarkan untuk toleransi. Dalam Islam tidak ada ajaran supaya membenci atau memusuhi dunate agama lain Islam mengajarkan umatnya untuk hidup berdampingan dalam suasana daman, rukun, dan saling menghormati. Rasulullah saw. dan umat Islam sudah mencontohkan toleransi antar umat beragama pada waktu berada di Madinah. Umat Islam, Nasrani, dan Yahudi diberi kebebasan dan dijamin hak-haknya untuk melaksanakan ibadahnya masing-masing. Namun perlu diingat bahwa toleransi kepada golongan non muslim hanya terbatas pada masalah-masalah duniawi, seperti kerjasama dalam bidang ekonomi, sosial budaya, politik dan masalah- masalah lain yang berkaitan dengan keduniaan.
3) Meningkatkan ketakwaan dalam diri
Setelah kalian mengetahui bahwa semua manusia itu sama di hadapan Allah Swt. dan yang membedakan hanyalah tingkat ketakwaannya kepada Allah Swt. maka selayaknya kalian terus meningkatkan derajat ketakwaan yakni dengan: melaksanakan sholat dengan tepat waktu dan berjamaah, membaca Al-Qur’an dan memahami isinya, bersedekah, bersilaturahim dan lain sebagainya yang mana tindakan- tindakan kalian tersebut haruslah menimbulkan keridhaan Allah Swt. kepada kalian bukan malah mengundang kemurkaanNya.
Toleransi yang diajarkan Islam adalah perintah untuk selalu berbuat baik dan berlaku adil. Toleransi beragama berarti, sikap menghargai dan menghormati keyakinan orang lain. Perlu ditegaskan bahwa toleransi beragama yang diajarkan Islam berbeda dengan paham sinkretisme, yaitu membenarkan semua keyakinan dan agama. Sudah disebutkan secara jelas di dalam Al-Qur’an, bahwa agama yang diterima Allah Swt. hanyalah Islam. Namun keyakinan seorang muslim itu tidak boleh melahirkan permusuhan, kebencian, pertentangan, maupun pemaksaan dalam agama. Akhir-akhir ini di negara Timur Tengah.
bermunculan berbagai macam konflik yang dilatarbelakang tidak adanya sikap toleransi (tasamuh) para penganut agama. Pokok toleransi dalam ajaran Islam adalah:
1. Menghargai dan menghormati keyakinan orang lain dengan tetap menjaga pokok tauhid bahwa agama Islam adalah yang paling benar.
2. Berbuat baik kepada mereka dalam urusan duniawi seperti perdagangan dan perjanjian jual-beli selama mereka tidak memerangi Islam dan tidak mengusir dari negeri kita. Kebolehan berbuat baik ini hanya dalam urusan muamalah, adapun untuk urusan aqidah dan ibadah sangat dilarang oleh Islam.
Unsur-unsur yang diwujudkan agar tercipta sikap toleransi (tasamuh) adalah:
1. Menghormati hak dan keyakinan orang lain.
2. Lapang dada menerima perbedaan. 3. Menumbuhkan sikap saling pengertian
Toleransi antar umat beragama di Indonesia sudah berjalan baik dan perlu terus dijaga. Penduduk Indonesia sudah terbiasa dengan perbedaan agama dan keyakinan diantara mereka. Meski harus diakui masih ada kasus-kasus kecil akibat salah paham diantara warga negara. Namun kehidupan beragama di Indonesia sudah mencerminkan toleransi yang tinggi.
Semua agama mengajarkan kedamaian dan hidup rukun dengan sesama warga negara. Tidak ada agama yang menganjurkan pemeluknya untuk saling bermusuhan dan saling menghina umat agama lain. Demikian pula dengan Islam, ajaran Islam penuh dengan pesan-pesan damai dan saling menghargai perbedaan. Kita diajarkan untuk menghormati dan menghargai perbedaan agama dan keyakinan di antara sesama warga negara.
Apabila ada kekerasan yang mengatasnamakan agama, maka kalian harus menolaknya. Islam tidak pernah mengajarkan untuk berbuat aniaya dan berbuat kerusakan. Dakwah Islam tidak boleh dilaksanakan dengan kekerasan atau paksaan, tetapi harus dilaksanakan dengan santun.